A. Ocehan.
Aku sudah mengantisipasi amanat dalam dorama ini, seperti dorama-dorama lain semacam serial Majisuka Gakuen. Setiap tindakan karakternya pasti berlandaskan sesuatu yang baik, meski apa yang dilakukan tidak cukup baik. Dan ceritanya sendiri pasti memberikan amanat yang dalam.
Mungkin, jika para sineas kita mengaplikasikan hal tersebut dalam karyanya, apa yang mereka hasilkan tidak akan jelek-jelek amat. Logikanya, manusia itu awalnya adalah baik, jika melakukan kejahatan pasti dilandaskan pada hal yang baik. Namun, sineas kita itu sangat suka membuat karakter jahat sejahat-jahatnya. Seakan ia lahir dari iblis. Iblis saja dulunya baik, bahkan lebih baik dari malaikat. Intinya sih, mereka membuat karakter jahat tanpa memikirkan penyebab mereka mengambil jalan hitam itu.
Kembali ke dorama yang latarnya tidak pindah-pindah ini: selalu di dalam kelas 3-C. Ada pula di lorong, tapi tidak sering. Dan cuma dua tempat ini yang dijadikan lokasi. Tidak pernah menampilkan ruang guru, atau taman, bahkan ketika para karakter melihat ke arah sana. Namun, meski hanya dua tempat ini yang digunakan, tapi tetap bisa menampilkan sebuah cerita misteri detektif yang apik. Disokong musik yang keren, dan tidak ketinggalkan para pemainnya (oke, ini pendapat yang tendensius).
B. Cerita.
Oda Nana yang bangun terlebih dahulu, tapi yang berteriak—menyadari kulisan Tokuyama—pertama kali adalah Kioke Minami. Di lorong, Techi menemukan satu lagi kamera pengintai. Saat semuanya memikirkan kelanjutan dari rencana rumah hantu, Techi membuka pintu dan berkata saatnya mengungkap siapa pelaku yang membunuh wali kelas mereka.
Hari sudah beranjak siang. Kanzaki-sensei diundang ke kelas 3-C. Lalu ia diserang oleh segerombolan hantu jadi-jadian. Lebih tepatnya, murid-murid kelas 3-C yang berusaha menakuti Kanzaki dengan menyebutkan apa yang mereka ketahui, dibantu dengan kustom hantu yang mereka pakai. Kemudian, Tokuyama diperlihatkan. Mayat tersebut didudukkan di kursi roda dan bertanya menggunakan suara siapa yang membunuh dirinya.
Hirate pun muncul diiringi yang lain dan mengelilingi Kanzaki. Techi dengan bantuan yang lain mulai memperlihatkan bukti—dua foto—tentang Kanzaki yang berselingkuh dengan Tokuyama. Ketika guru perempuan itu membantahnya, Techi menunjukkan bukti lain berupa SMS di ponsel Tokuyama. SMS sayang-sayangan (macam remaja labil) membuat yang lain tertawa. Kanzaki menyuruh Hirate untuk berhenti. Si center pun berhenti, tapi ia berspekulasi, karena diputusin sama Tokuyama yang sepertinya hanya mempermainkan Kanzaki saja, wakil wali kelas 3-C itu pun membunuh Tokuyama. Tanpa diduga, Kanzaki-sensei langsung mengakuinya.
Kanzaki merasa Daigoro pantas mati, karena orang itu hanyalah si mesum bertopeng manusia. Mempermainkannya selama tiga tahun. Dalam suasana tegang seperti ini, masih saja Ozeki menyempatkan diri untuk berkomedi.
Techi yang merasa curiga pada Kanzaki yang terlalu jujur, kembali mengatakan hipotesisnya. Mayat Tokuyama ditemukan dalam keadaan duduk, serta memakai jas kerjanya, di mana pisau yang menusuk tubuhnya berada di dalam jas itu. Artinya, Tokuyama ditusuk sebelum memakai jasnya. Tidak mungkin Kanzaki dapat melakukan semua itu sendirian. Pasti ada orang lain yang membantunya. Lalu gosip di Line ditampilkan.
Kali ini yang membantah hipotesis Techi adalah Tokuyama dengan suara mesinnya. Rekaman di kamera pengintai sudah dihapus, tidak ada bukti untuk hipotesis si center. Tapi Techi berkata masih ada satu kamera pengintai lagi, yang berada di lorong kelas. Ia pun memutarnya di layar besar.
Pukul 7:36 Tokuyama terlihat masuk ke dalam kelas. Pukul 7:37 Neru masuk. 7:40 Neru keluar lagi dengan kaset CD, dikejar oleh Tokuyama. 7:50 Zuumin masuk kelas, lalu keluar lagi untuk menghadiri rapat tim baseball. 7:52 Tokuyama masuk ke kelas lagi. 7:58 Berika masuk ke dalam kelas. Semuanya terkejut, lalu melihat ke arah Berika yang berdiri paling belakang, di samping Kanzaki. Berika sendiri tidak melihat video itu, ia masih memakai kantung kertas di kepalanya. Kembali ke video. 8:01 Kanzaki masuk ke dalam kelas.
Techi bertanya apa yang terjadi di dalam kelas waktu itu, dan Berika perlahan melepas kantung kertas dari kepalanya, lalu mengakui ia yang telah membunuh Tokuyama. Ia yang melakukan semuanya itu. Diperlihatkan ketika ia melakukannya, lalu Kanzaki masuk. Dalam kepanikan, Kanzaki mencari kamera pengintai di kelas dan menghapus rekamannya, lalu menyuruh Berika segera pergi, tapi Berika malah memerintahkan Kanzaki untuk membantunya—menata mayat Tokuyama dalam keadaan duduk. Setelah itu, Kanzaki menariknya pergi dari kelas. Dalam rekaman pun telihat ketika Kanzaki panik dan menyeret Berika agar menjauh dari TKP. Berika mengakui semua itu dan tidak ada hubungannya dengan Kanzaki. Gurunya tersebut hanya berusaha untuk melindunginya saja.
Kanzaki sendiri berkata, bahwa Berika melakukan hal itu demi dirinya. Muridnya tersebut memergokinya ketika hendak menyayat pergelangan tangan. Berika lalu mengambil pisau itu, dan mengaku telah mengetahui apa yang membuatnya ingin bunuh diri, yaitu Tokuyama. Dengan pisau itu pula Berika menusuk tubuh Tokuyama. Ketika Kanzaki menanyakan persetujuan Berika atas hal itu, Watanabe yang satu ini tidak menjawab. Ia meminta Kanzaki untuk menunggu di luar, karena ia ingin membicarakan sesuatu dengan teman-temannya.
Ketika hanya ada murid-murid kelas 3-C, Berika mendorong kursi Tokuyama dan menempatkannya di depan, di samping dirinya. Aku cukup heran dengan lampu sorot yang tiba-tiba mengarah padanya, padahal sepertinya semua murid berdiri untuk menunggunya bicara.
Techi bertanya apakah benar yang dikatakan Kanzaki-sensei, Berika menggelengkan kepala. Membantahnya. Ia mengatakan isi pikirannya, pasti akan seru jika seperti itu, membunuh Tokuyama dan ada mayat di dalam kelas. Tapi pemikiran Berika ini dikecam oleh yang lain, bahkan ada yang merasa takut. Neru bertanya kenapa Berika senang dengan hal itu.
Berika tidak menjawabnya dengan jelas. Ia berkata, berkat adanya mayat tersebut, Nagahama Neru jadi masuk sekolah lagi, berteman dengan yang lain, bersama Risa dan teman-temannya. Sugai Yuuka pun dituduh masuk jalur belakang, tapi ternyata ia lulus dengan jujur, (spekulasi) dan ternyata Kepala Sekolah menipu ayahnya. Yang lainnya juga mengalami banyak hal setelah adanya mayat itu. Bekerja sama untuk menyembunyikannya. Cinta Risa pada Neru. Penusukan Nijika. Bergembira, sedih, takut, khawatir, bahkan bertengkar bersama. Banyak hal terjadi di kelas, berbeda dari sebelumnya, dan membuat suasana jadi hidup.
Namun, sekali lagi pemikiran Berika ini dikecam oleh lainnya. Marah padanya. Mereka tidak ingin berurusan dengan mayat itu. Membuat Berisa jadi sedih.
Ia berkata selama ini selalu kesepian. Setiap saat berpikir ingin bisa berbincang dengan yang lainnya, tapi mereka tidak menganggapnya ada. Mereka tidak melihatnya. Itu yang ia pikirkan. Namun, ketika mayat itu datang, mereka akhirnya sadar akan keberadaannya. Hal itu membuanya sangat senang. Bisa berinteraksi dengan mereka, berbicara, bercanda, bermain, bahkan dianggap sebagai penggangu pun ia merasa senang. Waktu menyenangkan seperti itu, ia harap terus berlanjut. Walaupun seperti tidak mungkin. Ia meminta maaf atas apa yang ia perbuat. Ia akan keluar dari sekolah. Karena ia yang melakukannya sendiri, maka ia yang akan bertanggung jawab sendiri.
Berika pun melangkah lemah menuju pintu keluar, tapi Techi menghentikan langkahnya. Techi berkata Berika tidak mengatakan satu hal yang begitu penting, kebenaran bahwa dirinya bukan pembunuh Tokuyama. Semua yang mendengar itu kaget. Berisa berkata adakah buktinya, Techi kemudian menunjukkan video di ponsel Tokuyama.
Di video itu ada Tokuyama yang sedang merekam dirinya, bermain dengan Kamiyama-kun, lalu tiba-tiba jantungnya terasa sakit. Ia jatuh ke lantai dan berusaha mencari Nitrogliserinnya, tapi gagal. Ia pun meninggal. Kura-kura sekolah hilir mudik di depannya ketika ia sekarat.
Techi menegaskan sekali lagi, bahwa Berika bukan pembunuh Tokuyama. Saat Berika masuk, Tokuyama sudah meregang nyawa. Berisa pun sependapat, tidak ada gunanya mencari siapa pembunuh Tokuyama. Nana berkata apa yang dilakukan Berika hanya merusak mayatnya saja. Zuumin pun mengaku ia melakukannya juga. Yuipon berpendapat, ia pun menyentuh mayat tersebut. Dalam arti lain, semuanya melakukan apa yang pernah dilakukan oleh Berika pada mayat Tokuyama.
Ketika semuanya bingung kelanjutan dari kasus tersebut, Shiori menghampiri Berika. Ia berkata bukan salah Berika saja, tapi juga salah semua yang berada di sana. Berika menepuk bahu Shiori dan berterima kasih, meski kemudian ia berkata tidak tahu namanya. Sekali lagi, selipan komedi di tengah-tengah suasana pekat—yang tidak ada warna lucunya sama sekali. Mungkin ini yang disebut komedi gelap. Memunculkan komedi di tengah suasana yang seharusnya menggetarkan hati.
Techi kemudian berkata untuk membereskan semuanya.
Hari sudah berganti sore. Pengumuman akan adanya acara api unggun pada jam 16:30 terdengar dari pengeras suara. Di kelas 3-C sendiri, semua murid sibuk membereskan peralatan. Di tengah itu Neru sadar bahwa mayat Tokuyama menghilang. Semuanya segera sibuk mencari. Ketika Techi keluar kelas, ia melihat Hashibe membawa troli juga terpal biru yang pernah ia dan teman-temannya gunakan untuk mengubur Tokuyama. Hashibe berpura-pura ingin mengguyur Techi dengan keringatnya, tapi ia malah berkata pertunjukkan yang bagus.
Kembali ke kelas. Semua murid melihat api unggun di halaman dan berbincang perihal kejadian seminggu ini, yang menimbulkan perubahan besar pada diri mereka. Sato Shiori berkata apakah tidak ada yang mau berterima kasih pada Tokuyama-sensei. Lagi-lagi Shida Manaka meledeknya. Namun, Nagasawa Nanako segera melakukan hal itu dengan logat khasnya, diikuti oleh Yonetani Nanami. Setelah itu, semuanya tampak menghayati api unggun, dan Berika berdiri agak jauh di belakang mereka semua.
Neru kemudian mengusulkan untuk melihat api unggun dari dekat pada Berisa, orang yang mencintainya tersebut mengajak kedua temannya yang lain. Disusul oleh Akanen dan Sugai yang mengajak kelompoknya masing-masing. Kemudian semuanya keluar. Di tengah jalan menuju pintu kelas, Sugai Yuuka menghampiri Berika dan mengajaknya untuk ikut. Tinggal Techi sendiri. Ia berterima kasih tanpa suara pada api unggun di halaman, yang dikesankan sebagai mayat Tokuyama yang sedang dibakar.
Hari berganti. Langit cerah. Suasana kelas seperti ketika episode pertama. Pun mayat yang duduk di tengah kelas, tapi ia bukan Tokuyama. Mayat tersebut adalah orang lain yang tidak dikenali. Sebelum memeriksanya, Techi melihat ke arah Berika yang segera membantah arti dari tatapan Techi, pun yang lainnya. Mereka menggelengkan kepala. Tidak tahu menahu soal mayat tersebut, atau mereka bukan pelakunya.
Saat Techi memeriksanya, ia bilang orang tersebut sudah mati. Ditusuk pisau. Lagi. Dan ketika Ozeki menoyornya dengan ujung ganggang pel, mayat tersebut jatuh ke samping, beruntung ada Techi dan Fuuchan yang bergerak cepat menahannya. Secara otomatis mereka memegang mayat itu, dan masalah seperti sebelumnya pun harus mereka hadapi.
Ok, yang buat drama ini bikin kesal di akhir cerita. Benar-benar bikin kesal. Entah, aku tidak tahu apakah dorama Jepang sudah lama menggunakan teknik open ending seperti ini (tapi menurutku lebih ke arah teknik infiniti: istilah yang aku ciptakan sendiri, atau sudah ada tapi aku tidak tahu namanya). Hal yang sama pernah aku lihat pada Crow's Blood, Dorama Horor AKB. Mereka menggunakan open ending. Di mana wabah yang tadinya sudah berakhir, masih tertinggal pada satu inang.
Namun, yang terjadi pada dorama berjudul Tokuyama Daigoro wo Koroshita ka? ini terlihat dipaksakan. Seakan-akan ingin membuat sesuatu yang tak terlupakan di menit terakhir, tapi menurutku jatuhnya malah mengesalkan. Tidak salah sih menggunakan open ending ini, karena bisa memancing imajinasi pembaca, juga sebagai pukulan perpisahan yang akan dikenal selamanya. Seperti harus berpisah dengan orang yang dicintai, dan untuk terakhir kalinya, ia mencium bibir kita sebelum pergi untuk selamanya. Itu pasti perpisahan yang indah, pun menyakitkan, dan tidak akan mudah dilupakan.
Tapi tetap saja aku merasa, open ending di dorama ini lebih ke arah kembali ke siklus awal, tidak mengarah ke cerita yang lain. Karakter-karakter dalam cerita seperti harus kembali lagi ke masa awal-awal penemuan mayat, bedanya kali ini mereka sudah punya pengalaman. Jadinya apa? Bikin kesal saja.
Walaupun begitu, hal tersebut tidak bisa mempengaruhi keseluruhan dorama yang memang sudah keren dari awal ini. Aku bisa masuk ke dalam cerita dengan mudah (mungkin berkat para pemainnya juga), merasakan suasananya dengan baik, dan tatanan misterinya yang tidak bisa dianggap remeh.
Aku harap akan ada musim kedua dari drama ini.
C. Visual.
D. Karakter.
Lagi-lagi, aku tidak bisa merasakan karakter Techi yang tumbuh. Ia masih saja seperti di awal-awal. Bahkan serupa. Sementara pada karakter lainnya, terasa betul pertumbuhannya. Mereka sudah tidak sama lagi seperti sebelumnya.
Sementara perubahan ekstrem yang terjadi pada karakter Berika, begitu anggun. Sedari awal Berika seperti anak kecil, bukan remaja pada umumnya. Ia seperti anak kecil yang senang bermain dan tidak tahu apa masalah yang ia dan teman-temannya hadapi. Ke sana ke mari untuk bermain saja.
Namun, di episode akhir ini ditampilkan bahwa ia sama seperti teman-temannya. Remaja yang akan segera lulus sekolah. Alasan kenapa ia bertingkah seperti anak-anak, karena ia ingin mendapatkan perhatian dari yang lain. Ia suka mengambil foto dan merekam video, karena ketika itu adalah saat-saat yang menyenangkan bagi dirinya, dan ia ingin mengabadikannya dalam bentuk yang bisa ia lihat lagi.
Segala apa yang ia lakukan memiliki alasan sendiri. Pun ketika ia telah mengakui perbuatannya, ia tampak menjaga dirinya dari yang lain. Berdiri di belakang mereka ketika semuanya melihat api unggun. Ia tidak akan bertingkah seperti anak-anak yang ingin diperhatikan lagi, pun tidak ingin bertindak seperti sebelumnya. Ia menunggu. Setelah mengatakan apa yang ia rasakan, ia menunggu respon teman-temannya. Dan respon pertama yang ia peroleh dari Sugai Yuuka.
E. Ranking Akting.
- Watanabe Rika.
- Rika.
- Pe-chan.
- Berika.
- Pe.
Watanabe Rika.
F. Kesimpulan.
Meski doramanya sudah selesai, tapi tampaknya ada beberapa misteri yang belum tuntas. Misteri pertama yang aku pikirkan adalah, siapa penjaga sekolah yang mencari daftar dan menghajar Daishiro? Juga, siapa laki-laki berkaca mata hitam yang dihajar habis-habisan olehnya?
Jika melihat waktu kemunculan mereka, bisa diasumsikan mereka terkait dengan rahasia sekolah. Mungkin seperti ini kejadiannya:
Kepala Sekolah ternyata menipu ayah murid yang kaya, seperti Sugai Yuuka. Bisa juga ia memang melakukan praktek suap. Keduanya ilegal, dan Daigoro mengetahui hal itu. Dengan sifap Daigoro yang terkenal buruk, ia mungkin ingin juga menikmati uang itu, dan menahan daftarnya. Ia pun diancam akan dibunuh oleh Kepala Sekolah. Maka dari itu Tokuyama mulai khawatir. Ia pun berbicara pada Noel-sensei, meski tidak selesai, lalu berniat menyebarkan rahasia sekolah pada pria berkacamata hitam, yang seperti wartawan. Ia juga memberitahu kakaknya untuk mendapatkan solusi. Selain hal itu, ia sudah menyiapkan kamera pengintai di sekolah, siapa tahu ia benar-benar akan dibunuh.
Karena merasa dirinya jadi target, ia pun mulai mengkhawatirkan istrinya. Meski Daigoro peragainya buruk, tapi ia punya sifat baik, ingin melindungi orang yang ia cintai. Itu sebabnya ia tidak pulang ke rumah, karena takut istrinya akan jadi target juga. Pun dengan selingkuhannya, Kanzaki. Ia memutuskan untuk perpisah. Ia juga memberitahu pada Kanzaki bahwa ada kamera pengintai di kelas. Kalau terjadi sesuatu padanya, Kanzaki bisa mengetahui pelakunya lewat kamera itu.
Hal tersebut juga menjelaskan kenapa Hashibe terekam ketika memindahkan pisau di mayat Tokuyama ke loker Neru. Yang memasang kamera di jam dinding kemungkinan besar adalah Kanzaki, karena ia ingin tahu apa yang terjadi pada mayat Tokuyama, juga apa yang dilakukan oleh murid-muridnya.
Ketika Tokuyama menghilang, Kepala Sekolah mulai gusar. Ia pun menyewa Penjaga Sekolah yang tugasnya mengambil daftar itu dari Tokuyama. Tanpa sengaja, ia bertemu dengan si wartawan ketika datang malam-malam. Ia pun menghajarnya. Entah mati atau tidak, tidak dijelaskan dalam cerita.
Mengenai Sugai Yuuka dan Nagahama Neru. Tokuyama yang merasa nyawanya terancam, memberikan kaset yang berisi petunjuk untuk menemukan fotonya dan Kanzaki, yang berada di kotak kaca kura-kura sekolah. Ia mungkin berpikir, istrinya pasti menuduhnya macam-macam ketika tidak pulang selama sebulan. Ia mungkin juga telah mengendus rasa curiga istrinya tersebut. Mungkin pula, ia memberika fotonya bersama perempuan berseragam, atau itu ketidaksengajaan istrinya yang menemukan bukti itu. Maka ia harus meletakkan bukti bahwa Kanzaki yang jadi selingkuhannya, bukan salah satu muridnya.
Makanya ia mempercayakan petunjuk di dalam CD pada Neru, karena tahu murid tersebut tidak pernah bersekolah lagi setelah ia tampar. Orang yang kemungkinan kecil akan dituduh sebagai selingkuhannya. Dan mungkin ia juga merasa bersalah dan membujuknya untuk masuk sekolah lagi, dan mungkin meminta maaf.
Neru sendiri ditampar karena hendak membeberkan rahasia sekolah. Tokuyama tidak ingin Neru melakukan hal itu, karena bisa berbahaya untuk gadis tersebut. Seorang murid biasa menentang kepala sekolah yang berkuasa dan beberapa staf yang ikut di dalamnya. Tokuyama pun hendak melindungi Sugai Yuuka yang ia pikir masuk secara ilegal, karena ada namanya di daftar. Seperti yang dikatakan oleh Techi ketika Daishiro berkunjung. Tokuyama ingin melindugi Sugai dengan menyerahkan daftar tersebut pada kakaknya.
Untuk selanjutnya, rasanya tidak ada misteri yang perlu dicari jawabannya lagi. Semuanya sudah tuntas. Dan mengenai Hashibe, meski cukup sulit mencari tahu alasan dibalik diamnya itu, tapi rasanya ia hanya ingin melihat pertunjukan yang bagus. Seperti yang pernah ia katakan pada Techi.
Hashibe mungkin merasa curiga kenapa murid kelas 3-C bertingkah aneh mengenai loker Neru, lalu ketika semua pulang ia mencari tahu dan menemkukan mayat Tokuyama. Ia mungkin berpikiran sama dengan Berika. Pasti seru kalau ada mayat di kelas, dan menikmati anak-anak kelas 3-C mengungkap kasus tersebut.
Ketika Hashibe merasa Techi berlagak jadi detektif, dan murid-murid kelas 3-C mulai mencurigai yang lain, Hashibe menjebaknya untuk membuat si center ini sadar. Bahwa masa remaja itu harus dinikmati sebaik-baiknya, mempercayai satu sama lain, membuat ikatan yang kuat antar teman, saling jujur, dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Itulah masa remaja.