Review PV/MV Keyakizaka46 - Wareta Smarphone, Aozora to MARRY. Sekilas tentang sub-unit ini, yang pertama kali muncul pada single ke-2 Keyakizaka46, Sekai ni wa Ai Shika Nai, tapi saat itu mereka belum punya sebuah nama. Dengan center W-Watanabe, mereka membawakan lagu Aozora ga Chigau. Lalu pada single ke-3, W-Watanabe bergabung dengan Habu, Uemura dan Nagasawa membentuk FIVE CARDS. Pada single ke-4 W-Watanabe kembali bersama Yukka, Akanen, dan Manaka membentuk Aozora to MARRY.
A. Introduksi
Arti Wareta menurutku lebih ke arah "retak" daripada "rusak", dilihat dari PV-nya yang memperlihatkan para member sedang menunggu kabar dari seseorang lewat smartphone masing-masing, meski ada petunjuk yang menguatkan smartphone tersebut rusak dan tidak bisa dipakai lagi. Seperti adegan Berisa yang mencoba menelepon pacarnya lewat telepon umum. Juga, mereka tidak tampak berusaha menghubungi atau mengirim pesan pada si doi, pun tidak ada layar yang hidup.
Namun, melihat dari deretan smartphone yang berada di PV-nya sendiri, sepertinya cuma layar depannya saja yang retak, dan layar dalamnya masih berfungsi. Soalnya—mengambil pengalaman sendiri—kalau layar dalamnya yang rusak itu tidak ketara, kecuali kamu hidupkan si smartphone dan layarnya akan menampilkan warna putih dengan rekahan yang bersumber dari pecahnya layar.
Di satu sisi, ada bait lirik yang menguatkan teori kedua ini: Masih kupakai smartphone itu meski layarnya sudah retak. Dan kapan hati ini terjatuh? Hingga cinta dipenuhi goresan luka.
Aku rasa, lirik tersebut sebagai analogi hati dan smartphone, di mana keduanya telah terjatuh dan retak, tapi tetap dipakai untuk mencintai seseorang.
B. Visualisasi
Kalau dihitung, ada tiga pengambilan gambar berbeda (jika adegan dari setiap member dihitung satu).
Pertama adalah tempat mereka menari. Posisi kamera sendiri seperti berada di luar ruangan, lalu mengintip ke dalam jendela di mana kelima gadis ini berada. Itu membuatku (penonton pada umumnya mungkin) merasa sedikit nakal, karena seperti mengintip ke kamar seorang gadis.
Latarnya sendiri berbentuk seperti bulatan dengan lukisan di dinding dan pintu terbuka di tengah, yang entah kenapa membuatku merasa seperti melihat ke sebuah bola kaca. Perasaan mengintip diam-diam yang kurasakan tadi tambah besar saja. Mungkin perasaan seperti ini yang dikehendaki sutradara pada para penontonya, karena lagunya sendiri terdengar mesra dan manja.
Di sisi lain, aku cukup terganggu dengan cahaya yang dipancarkan dari belakang. Tampaknya mereka menggunakan eleman yang sama seperti di
Fukyouwaon. Sayangnya di sini bukan menciptakan siluet, malah silau. Aku malah merasa bertemu dengan
sinar-dewa ketika MonaRisa melakukan hal ini. :3
Kemudian, pengambilan gambar secara terpisah dari setiap member.
Untuk Akanen dan Berika hampir sama. Mereka berada di dalam ruangan dengan pencahayaan lembut. Untuk Akanen sendiri lebih cerah dengan latar dapur, sementara Berika di meja belajar, atau meja kerjanya. Sang Kapten Kita Tercinta berada di stasiun kereta dengan lampu terang. Untuk Shida sepertinya berada di ruang tamu dengan lampu temaram. Dan Berisa di dalam kotak telepon dan jalanan di malam hari.
Kalau boleh memilih mana yang paling baik dari kelima pengambilan gambar ini, aku tidak bisa memutuskannya antara Manaka dan Akanen. Manaka benar-benar kawaii dengan baju kotak-kotak dan cahaya temaramnya, sementara Akanen benar-benar terlihat seperti istri pengantin baru di dapurnya.
Untuk yang lainnya, entah kenapa aku tidak begitu sreg dengan bibir merah tua dari Berisa, meski mungking hal itu untuk menegaskan bahwa ia adalah gadis yang tegas dan keras, dilihat dari jaket kulit hitam dan cerita di PV-nya sendiri. Dan untuk Berika, aku tidak tahu harus berkata apa untuk Kakak ini. Ia memperlihatkan kecantikan yang berbeda dari biasanya, tapi ketika di close-up entah kenapa ia benar-bener terlihat dewasa. Padahal selama ini meski ia yang paling Kakak di Keyaki, tapi penampilan dan sifatnya malah seperti paling Adik. Dan untuk Yuuka, sama seperti Berisa, aku kurang sreg dengan warna bibirnya. Cukup kontras dengan warna latar dan bajunya yang lembut. Jika warnanya lebih muda, mungkin akan lebih menyatu lagi.
Beruntungnya ada satu pengambilan gambar lagi, walaupun hanya sebentar saja. Di sini, aku lebih bisa melihat ketegasan dari Berisa. Selain itu, para member juga memperlihatkan kecantikan perempuan dewasa dengan make-up dan bibir berkilaunya. Anehnya, kenapa Sugai tidak ada?
Kasihan sekali jika Yuuka ternyata ikut dalam pengambilan gambar berlatar ini, tapi tidak dimasukkan karena keterbatasan tempat di videonya. Aku lebih suka jika Yuuka memang tidak bisa ikut karena jadwal sutingnya yang tidak memadai. Ia suting di stasiun kereta api dan tidak ada satu pun orang yang tertangkap kamera, padahal stasiun bawah tanah di Jepang itu terkenal padat, bukan? Artinya Sugai suting ketika tengah malam, atau ketika semua orang sudah sampai di rumah dan istirahat, sehingga stasiun menjadi legang.
Namun, tetap saja aku menyayangkan si Kapten tidak tampil di latar putih kebiruan ini.
Dan aku ada sedikit komentar mengenai tariannya, dan lagi-lagi ini membuat Kapten Kita Tercinta terlihat sebagai orang yang harus dipeluk segera. Kita (orang-orang yang telah melihat PV ini) tentu sudah tahu bagaimana aksi MonaRisa yang …. Jadi aku berpikir ekstrem: mereka adalah sepasang kekasih, dan berteman dengan Yuuka, kemudian berpisah. Begitu pula dengan Berika dan Akanen, yang adalah teman Yuuka juga. Setelah kedua kekasih ini berpisah, Manaka menemukan Akanen, dan Berisa menemukan Berika, dan Yuuka hanya sebagai penonton dari drama cinta teman-temannya itu. **peluk Kapten**
Intinya sih, ini seperti penegasan kecil bahwa member yang menjadi center akan menanggung beban yang sangat berat, merasa sendirian, tersiksa, seperti yang dirasakan oleh Yuuka di sini. Selama PV ini, tak satu kali pun ia menari berpasangan dengan yang lain, dan hanya bisa melihat member lain saling berganti pasangan untuk menari.
Kembali ke apa yang ingin aku bahas. Dance di PV ini terlihat lentur, mendayu, dan manja. Disesuaikan juga dengan karater lagunya sih, ya. Tapi yang berpotensi untuk memecahkan pembuluh darah di hidung itu, tarian solo Akanen. Setidaknya untuk orang yang pembuluh darah hidungnya sensitif, siap-siap manggil ambulan ke rumah.
Namun, gerakan yang paling aku suka adalah ketika kedua member membentuk huruf X dengan menyilangkan kedua tangan mereka, lalu berpelukan. Meski aku sedikit bertanya-tanya ketika Yuuka menari dan keempat rekan samping-kirinya melakukan gerakan itu. Gerakan Akanen-Manaka lebih lambat daripada Berisa-Berika. Apakah ini ketidaksinkronan, atau memang gerakan tersebut disengaja. Melambatkan yang satu dan mempercepat yang lainnya untuk mencapai efek tertentu: kesinambungan. Aku tidak bisa menjawabnya, tapi sepertinya yang terakhir ini yang tepat. Karena saat pengambilan gambar dan ada yang salah, mereka bisa mengulanginya lagi dari awal untuk membuatnya sempurna. Tapi, mereka tak melakukannya.
C. Narasi
Jalan ceritanya sendiri bisa dibilang monodrama. Hanya ada satu tokoh saja. Kelima anggota Aozora to MARRY ini memerankan 5 jalan cerita yang berbeda satu sama lain, tapi memiliki tema yang sama: menunggu seseorang. Aku mulai dari yang paling absurd dulu. Kenapa absurd? Karena aku tidak tahu ia menunggu siapa. Inginnya sih, menunggu diriku seorang **dibunuh ramai-ramai**
1. Watanabe Rika.
Dilihat dari alat di atas meja dan apa yang ia lakukan, Berika tampaknya memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan gambar-menggambar. Aku juga ada pikiran ia adalah seorang perancang baju.Tapi, yang mana pun pekerjaannya aku masih tidak bisa menebak siapa yang ditunggu oleh Kakak ini.
Seperti layaknya cerita—yang utuh—pada umumnya, tentu ada klimaks yang membuat cerita itu seru. Di sini, dalam cerita monodrama yang singkat ini, hal itu ada. Untuk Berika, klimaksnya adalah … aku tidak tahu. Makanya aku bilang cerita Berika yang paling absurd.
Mungkin ada yang berpendapat itu adalah hujan, karena Berika melihat ke luar jendela. Di susul Akanen dan Manaka di tempat masing-masing, tapi ingat, jendela Berika tidak terlihat ada air hujan, pun di jendela Manaka. Hanya di jendela Akanen saja air itu muncul. Dan mungkin ada yang berpendapat lagi, bahwa kedua jendela mereka di atasnya ada kanopi, sehingga air hujan tidak sampai ke kaca jendela. Lalu bagaimana dengan Berisa? Ia berada di luar rumah dan tidak ada hujan yang mengguyurnya. Jadi, kemungkinan besar klimaks yang terjadi pada cerita Berika bukan hujan.
Setelah klimaks terjadi, saatnya tokoh utama mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah itu: resolusi. Dan untuk resolusi yang diambil oleh Berika, lagi-lagi tidak bisa dideskripsikan.
Sepertinya aku harus memberi peringatan, bahwa yang akan aku katakan—tulis—dalam bagian narasi ini adalah murni pikiranku sendiri, bukan dari si sutradara atau pihak Keyaki-nya sendiri. Jadi, aku harap kalian yang membaca ini tidak mencernanya bulat-bulat, atau menjadikannya sebuah kepercayaan. Nanti aku ditangkap polisi sebagai tersangka dari pembuatan agama baru.
Jalan cerita Berika ini absurd memang, tapi sepertinya ia tidak menunggu seseorang, tapi sebuah kabar. Pemikiran ini muncul setelah aku menelaah keempat cerita yang lain. Jadi, Berika baru saja memulai karirnya—yang berhubungan dengan gambar-menggambar. Ia mengirim karyanya ke pada seseorang atau perusahaan dan menunggu kabar apakah karyanya itu diterima atau tidak. Sambil menunggu ia bernyanyi, mencoba menggabar lagi, tapi tidak fokus dan melihat ke layar ponselnya yang telah retak. Hingga kemudian melihat ke arah jendela dan ternyata sudah siang. Aku ambil kesimpulan ini dari bayangan cahaya yang muncul di jendelanya.
Setelah itu, Berika memutuskan untuk keluar rumah dan berlari. Ia pun menghaburkan kertasnya dan merasakan kebebasan dari tekanan menunggu. Cerita ini bisa saja berubah, jika saja aku tahu apa yang ia tulis di kertas itu. Sayangnya, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas.
2. Sugai Yuuka.
Bertemu untuk pertama kali. Yuuka berperan sebagai gadis yang memiliki janji dengan seseorang di stasiun kereta. Bisa saja orang tersebut adalah orang yang ia cintai dan memiliki janji kencan dengannya. Kencan pertama. Atau, bisa juga orang tersebut adalah orang yang ia cintai tapi pindah ke tempat lain, dan berkata pada Yuuka untuk mengujunginya, makanya si Kapten Kita Tercinta menunggunya di stasiun.
Tapi, aku lebih suka alur yang pertama. Yuuka menunggu seseorang untuk kencan pertamanya.
Yuuka terus menunggu tapi kereta itu belum datang juga, dan tidak ada kabar pun dari orang tersebut. Klimaksnya ketika kereta itu datang dan Yuuka berlari turun dari tangga, dan akhirnya bisa bertemu dia.
Lihat, betapa bahagianya si Kapten. Aku juga ikut merasa bahagia untukmu, Kapten! **menyeka air mata**
3. Watanabe Risa.
Beralih ke Berisa. Gadis garang ini sedang menunggu pacarnya yang mungkin telah berjanji untuk makan malam, tapi si pacar terlambat. Ponsel Berisa sepertinya sudah tidak bisa dipakai, atau ponsel kekasihnya tidak bisa dihubungi, dan ia mencoba menghunginya lewat telepon umum, tapi tidak tersambung. Berisa pun kemudian bernyanyi.
Berisa akhirnya menyerah. Kencannya malam itu berantakan, ia pun memilih pulang dengan melepas High Heels. Ketika berjalan di trotoar, tampaknya matanya berair: hendak menangis.
Pada akhirnya si pacar datang dengan permintaan maaf dan seikat bunga. Namun, Risa membuang bunga itu dan berbalik pergi. Terlalu sakit hati.
Kasihan si pacar, hahahaha (tawa bahagia).
4. Shida Manaka.
Sebelum membahas cerita Manaka, ada baiknya aku sedikit mengingatkan tentang budaya Jepang dan Indonesia yang berbeda. Pergaulan muda-mudi di Jepang lebih bebas dari Indonesia, pun cara mereka memadu kasih. Kalau tidak salah ingat, mereka sudah biasa dengan tinggal satu atap tanpa ikatan pernikahan. Jadi, cerita Manaka di sini seperti itu.
Kenapa aku berpikir demikian? Karena kelima jalan cerita ini kalau dilihat, memiliki benang merah dalam kronologis keadaan tokohnya. Berika memerankan tokoh yang baru saja memulai karirnya dan sepertinya masih single, Yuuka baru pertama kali berkencan, Berisa sudah punya pacar, dan Manaka sudah tinggal bersama kekasihnya, lalu Akanen sudah menikah.
Manaka menunggu kekasihnya pulang, sambil memandangi layar ponselnya yang retak. Ia tiduran di atas sofa, di lantai, melihat ke langit yang sepertinya menunjukkan bulan yang menghilang, hingga akhirnya ia jatuh tertidur di atas lantai.
Setelah itu diperlihatkan kain yang melayang, yang kiranya sebuah tanda bahwa kekasihnya sudah pulang, dan menyelimutinya yang jatuh tertidur.
Romantisnya~
5. Moriya Akane.
Terakhir adalah Akanen, si pengantin baru. Ia memasak makan malam untuk suaminya, sambil senyam-senyum sendiri, membayangkan suaminya memakan masakan yang ia buat.
Namun, suaminnya belum pulang juga. Pun tidak ada kabar dari si suami. Ia terus menunggu sambil memasak, hingga ia melihat hujan di jendela. Segera ia mengambil dua payung dan berlari untuk menjemput sang suami di stasiun. Ia bahkan lupa untuk melepas celemek yang masih melekat di tubuhnya, saking khawatirnya si suami kehujanan.
Duh romantisnya~~~
D. Komparasi
Aku tidak yakin mau membandingkannya dengan PV yang mana, karena sub-unit ini baru saja saja tercipta. Sub-unit sebelumnya yang tanpa nama dan beranggotakan kelima orang yang sama, rasanya tidak ada video untuk musiknya. Sub-unit FIVE CARDS sendiri aku kurang suka dengan konsep video musiknya. Jadi, aku rasa bagian ini cukup sekian saja.
E. Anomali
Mungkin ini yang dimaksud Manaka dalam
pos blognya. Bagian Solo Akanen.
F. Konklusi
Mesra dan manja. Lima jalan cerita yang berbeda mempunyai tema yang sama: menunggu seseorang, meski aku agak ragu pada bagian si Berika. Selain itu, kelima cerita ini juga punya benang merah dalam kronologis keadaan tokohnya. Mulai dari Berika yang single, Yuuka yang baru melakukan kencan pertama, Berisa yang sudah punya pacar, Manaka yang telah tinggal bersama kekasihnya, hingga si pengantin baru Akanen.
Jika
Fukyouwaon memberikan dorongan semangat dan memacu adrenalin, serta motivasi untuk berani beda.
Wareta Smartphone memberikan pengalaman romantisme dan kemanjaan, serta motivasi untuk segera memiliki seorang kekasih.